Menganalisis NU POLITIK
Oleh
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8S4d48mjlCx39Pus4P9KnFElfVFr9vnnmhKi-NuyPZDodEZkFK0LgTpwxZF5jGvC4kiGKCTDpvMfAzuv77s-8QmHdkY7e5zHuMjosv46IPBwKJR4-6Z5IBY1qaJ-IqEP4YH8ve4CxAUL6/s200/3719.JPG) |
perpusnas.go.id |
Judul Buku: NU Politik : Analisis Wacana Media
Penulis: Fathur Zen
Tahun Terbit: 2004
Penerbit: LKiS Yogyakarta
Dalam buku NU Politik karangan Fathurin Zen mengisahkan suatu episode pertempuran, mempertarungkan dominasi pembentukan sebuah realitas. Buku ini terdiri dari beberapa bab di antaranya NU dan gerakan kaum modernis islam indonesia, konstruksi realitas,komunikasi politik melalui media,metode analisis teks,peranan media cetak dalam komunikasi dan konflik politik serta NU dalam media.
NU merupakan organisasi sosial keagamaan yang termasuk kedalam organisasi islam tradisional terbesar di Indonesia, disamping organisasi islam lainnya, seperti muhammadiyah. Sejak zaman prakemerdekaan,NU sebagai basis organisasi kaum tradisional islam di Indonesia yang terdiri dari para kiai dan santri di jawa yang berperan dalam menyusun barisan anti penjajahan(13). Di sisi lain, Muhammadiyah dan Persatuan Islam(persis) merupakan dua organisasi kelompok modernis yang berpengaruh dalam gerakan sosial keagamaan dan pembaruan pemahaman dan pengamalan ajaran agama. Mereka menolak sebagian ajaran dan kebiasaan kaum tradisional yang dianggap sudah keluar dari ajaran islam yang sebenarnya(15).
Benih-benih konflik politik antara kedua kelompok islam(tradisional dan modernis) mulai terlihat ketika Masyumi menjadi partai politik tahun 1945(34). Akan tetapi menurut catatan sejarah pertentangan dan konflik di antara kelompok islam tradisional dan islam modern mengendur pada saat keduanya sama-sama menghadapi perlakuan tidak adil dari penjajah belanda(24).
Teori konstruksionalisme sosial menurut Peter Berger dan Thomas Luckmann artinya realitas sesungguhnya mengenai hubungan,konflik, dan komunikasi poitik yang di bangun oleh kelompok islam tradisional dan modernis dalam berbagai masalah politik dan kenegaraan(50). Realitas sosial sebenarnya suatu masalah sosial yang di pengaruhi oleh realitas objektif dari para pelaku sosial dan realitas simbolik yang di bentuk oleh media(56).
Dalam buku NU Politik di jabarkan bahwa komunikasi dan konflik politik yang terjadi antara kelompok tradisionalis dan modernis tidak selamanya merupakan realitas sesungguhnya, tetapi justru lebih sering merupakan realitas simbolik yang di bangun wacana media. Telah menjadi rahasia umum bahwa media merupakan salah satu bagian dalam pepolitikan. Karena media yang memberikan informasi kepada masyarakat atas kondisi perpolitikan di indonesia meskipun di balik itu banyak orang-orang yang memanfaatkan media untuk saling menjatuhkan lawan politiknya.
Gabriel Almond menyatakan komunikasi politik merupakan salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik(65). Politikus sebagai komunikator poitik terkadang bertindak sebagai wakil partisipan dan terkadang sebagai ideolog (67). Dalam komunikasi politik komunikator juga menggunakan bahasa politik dan persuasi politik dalam menyampaikan propaganda jika terjadi konflik politik dari berbagai kelompok di masyarakat.
Dalam tulisan Zhondang Pan dan Gerald M.Kosicki mengatakan dalam wacana media membutuhkan kesadaran sosial yang melibatkan sumber-sumber berita,para wartawan, dan khalayak(91). Besarnya partisipan media terhadap suatu kelompok kepentingan atau partai politik tertentu akan bepengaruh pada hubungan media dan negara (120).
Media telah di jadikan sebagai alat oleh kepentingan kelompok tertentu ketika kondisi politik kurang kondusif. Perbedaan konsep dan gagasan para tokoh dalam masalah publik yang diliput media dalam konflik antara kelompok islam tradisional dan modernis terkadang format berita yang di sajikan media tidak sama persis dengan aslinya (124).
Dalam buku NU Poitik penulis menganalisis berita-berita dari empat surat kabar yang telah dipilih yaitu Harian Republika,Harian Duta Masyarakat,Harian Kompas,dan Harian Media Indonesia. Dua berita berisi tentang instrumen komunikasi politik yang populer seperti pelaksaan istighotsah kubro(doa bersama) dan berita mengenai acara bersama yang di anggap mewakili hubungan akrab harmonis kelompok tradisionalis dan mdernis. Dua item yang lain yaitu berita yang di anggap konflik politik seperti pernyataan para tokoh mengenai presiden wanita dan berita perilaku politik partai-partai islam (141-241).
Menurut saya kita tidak boleh sepenuhnya percaya dengan media karena sebagian besar media memaparkan suatu peristiwa yang tidak sepenuhnya sesuai dengan realita lalu mengulang-ulang wacana tersebut sehingga masyarakat pun percaya dengan apa yang di tontonnya.
Buku NU potilik sangat praktis karena pada bab terakhir terdapat kesimpulan yang dipaparkan penulis dalam temuan empirik maupun teoritis dan rekomendasi sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi buku secara rinci. Sayangnya, buku ini tidak memiliki gambar dalam halaman sehingga mengurangi minat membacanya serta lebih memfokuskan pada sruktur penulisan wacana media bukan pada politik NU dalam media.
***
No comments: