Judul Buku : Kemunculan Komunisme Indonesia
Penulis : Ruth T. McVey
Penerbit : Komunitas Bambu
Tahun : 2010
Hal : xxx + 647
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Melirik Awal Munculnya Komunisme di Indonesia
Pada masa Hindia Belanda atau masa tanam paksa 1830 belanda hampir saja bangkrut kekurangan kas membiayayi perang jawa dan dibawah pemerintahan Johannes van den Bosch yang menyarankan untuk melakukan tanam paksa selama hampir 10 tahun dan kemudian berhasil mengembalikan kondisi menjadi baik disini kita melihat bahwa gerakan liberal mulai tumbuh dibawah kepemimpinan Hindia Belanda. pada tahun 1870 diberlakukan undang-undang agraria yang memperbolehkan penyewaan tanah kepada pihak swasta sampai batas 75 tahun disinilah titik awal masuknya kapitalisasi khususnya di daerah jawa Semarang, Surabaya dan untuk mendukung kerja-kerja ini maka dibangun infrastruktur semacan jalan kereta api untuk mempecepat dan memudahkan para buruh hal ini memicu meningkatnya jumlah buruh.
Untuk mengawalinya pada tahun 1905 berdiri Syarikat Dagang Islam yang dalam literatur Tetralogi Buru yang ditulis oleh Pram SDI ini didirikan oleh Minke (Tirto Adi Suryo) Seorang Jurnalis pribumi yang memiliki karakter garang terhadap kepemimpinan Hindia Belanda, organisasi ini hadir untuk bersaing dengan pedagang Tionghoa diluar pribumi, SDI dalam perjalanannya berubah nama menjadi Syarikat Islam atau disingkat “SI” dengan alasan tidak semua pribumi adalah pedagang yang pada masa itu dipimpin oleh Cokroaminoto tokoh yang dikenal sebagai orator ulung yang mampu menggetarkan dada pribumi untuk berkumpul dan mendengarkan, SI pada saat itu berhasil merekrut ratusan ribu penduduk pribumi dalam waktu kurang lebih lima tahun.
Sosok Cokro dikenal juga sebagi orang yang moderat, plural terhadap paham-paham yang ada. tujuan dari Syarikat Islam adalah bagaimna suatu pemerintahan itu dipimpin oleh pribumi sendiri pada kongres pertama SI menjadikan organisisai ini menjadi Desentralisasi dengan membuka cabang-cabang hampir limah puluh cabang pada saat itu, factor desentralisasi ini nantinya akan menjadi boomerang dalam tubuh SI sebab cabang semarang yang dibawah pimpinan Semaun itu menjadi lebih kuat dari central SI (CSI).
Pada tahun 1913 Seorang tokoh pemimpin buruh Belanda datang dari Belanda, Hendricus Josephus Marie Sneevlit, tiba di Indonesia. Ia seorang propagandis ahli dan berbakat, Sneevlit datang ke Indonesia hanya sekedar mencari pekerjaan, tetapi rasa panggilan revolusionernya membuatnya tak terhindarkan bahwa kegiatan utamanya ialah memberikan khotbah akan keyakinan politiknya. Ia pernah menjabat ketua Serikat Buruh Kereta Api di Belanda.
Suatu keberuntungan bagi Sneevlit, karena orang-orang Eropa terdidik ketika itu diperlukan di Indonesia, sedang latar belakang politiknya tidak menjadi halangan. Mulanya ia bergabung di Soerabajaasch Handelsblad, Koran utama Jawa Timur, corong penting sindikat perusahaan gula. Tidak berselang lama, seorang rekan sosialis, D.M.G. Koch, mundur dari pekerjaannyasebagai sekretaris asosiasi dagang si Semarang (Semarang Handelsvereniging) dan menunjuk Sneevlit sebagai penggantinya. Semarang menjadi pusat Sarikat Buruh Kereta Api Indonesia. Secara alamiah Sneevlit tertarik mengingat kemiripan organisasi tersebut dengan yang ada di Belanda sebelumnya. Organisasi ini merupakan organisasi tertua di Indonesia yang terbuka untuk orang-orang pribumi maupun Belanda.
Awal 1914, Sneevlit merangkap bekerja penuh dilingkungan kapitalis sebagai editor Koran VSTP, De Volhading. Pada saat yang sama iya sibuk belajar bahasa Indonesia dan Jawa terutama untuk menyebarkan keyakinannya kepada penduduk setempat, kesempatan baginya untuk memenuhi kehendaknya untuk memperluas pengaruh sosialisme. Maka atas segala usahanya suatu kelompok yang terdiri dari 60 orang ia mendirikan Indische Sosiaal-Democratische Vereniging (ISDV), pada 9 Mei 1914 di Surabaya. ISDV merupakan cikal bakal yang nantinya akan menjadi Partai Komunis Indonesia. Sneevlit mulai mempengaruhi pribumi khususnya SI karena dia melihat SI memiliki kekutan massa banyak yang cukup besar terbesar di Asia pada saat itu, pada saat itu dia berkenalan dengan Semaun sekretari VSTP ia juga anggota di Syarikat Islam yang pada tahun 1916 Semaun diangkat menjadi ketua SI cabang Semarang.
Pada Tahun 1918 kondisi ekonomi Indonesia semakin memburuk terutama karena panen padi yang terus mengalami kegagalan, serta pembatasan pelayaran yang mencapai titik berlebihan. Partai-partai di Indonesia mulai menjadi lebih kritis dan hal ini menimbulkan gelombang kritik terhadap pemerintah dalam perdebatan pertama di Volsksraad atau Dewan Rakyat yang salah satu anggotanya adalah H. Agus Salim dan Abdul Muis dari SI. Di Belanda, SDAP atau serikat buruh kereta api Belanda yang masih merupakan kelompok minoritas, muncul sebagai partai terbesar kedua dalam pemilihan majelis rendah parlemen. Pada November di tengah tengah Perang Dunia I pemimpin SDAP Toroelstra, terinspirasi dari Revolusi Jerman dan menyerukan revolusi dari parlemen. Laporan pertama mengenai Revolusi Troelstra membuat panic pemerintah jajahan Hindia Belanda, karena hal ini di luar dari perkiraan mereka. Rumor pun beredar nengenai SDAP yang merancang pengambil alihan kekuasaan Hindia Belanda. Polisi diperintahkan untuk mengawasi kediaman Cramer, pemimpin kelompok sosialis di Volksraad, karena dugaaan bahwa ia akan memimpin gerakan menuju istana gubernur jendral untuk menuntut kekuasaan atas nama SDAP.
Dan Darsono pada saat itu kawan dari Semaun mendesak pengikutnya untuk mengikuti jejak Rusia melalui terbitan Soeara Ra’jat, “Bukan penguasa yang mempunyai kekuatan, tetapi rakyat. Kibarkan bendera merah di setiap tempatsebagai lambing KEMANUSIAAN, PERSAMAAN dan PERSAUDARAAN. Apa yang bisa menghentikan seseorang ketika memberontak ? mari kibarkan benderah merah!” Oetosan Hindia milik CSI memuat tulisan yang menyatakan persetujuan. Jika pemerintah tidak mereformasi diri besar-besarran, maka revolusi akan terjadi.
Akan tetapi kaum revolusioner sebenarnya meletakkan harapan mereka lebih pada apa yang akan terjadi di eropa ketimbang apa yang akan terjadi di Hindia Belanda. Sebagaimana tersirat dalam tulisan Semaun dalam Koran Kiri SI, Sinar Hindia, kemungkinan terjadinya kekerasan bergantung pada bagaimana pemerintah colonial akan melakukan perlawanan terhadap rezim sosialis belanda dan bukan pada pemberontakan orang-orang Hindia Belanda itu sendiri. Di Belanda sendiri Revolusi Troelstra berakhir dengan hasil yang mengecewakan karena hanya menjadi sekedar retorika. Segera setelah pemerintah Hindia belanda mendapat kabar bahwa Belanda tidak akan jatuh, Gubernur Jendral Van Limburg Strirummenenangkan keadaan dengan menjanjikan reformasi.
Kondisi setelahnya terjadi konflik internal di tubuh SI Cokroaminoto dituduh oleh Darsono telah menggunakan uang organisasi untuk kepentingan pribadinya titik awal perpecahan ini menjadikan SI membentuk dua kubuh SI merah yaitu cabang Semarang dan SI putih yaitu CSI, SI merah di bawah pimpinan Semaun yang lebih condong ke ISDV karena mereka menganggap Sneevlit dengan paham sosialisnya mampu dijadikan instrument untuk melakukan sebuah perubahan dengan cepat sedangkan CSI dibawah pimpinan Cokro lebih membawa SI kearah tengah yang menghendaki adanya sebuah perubahan yang tidak melalui gerakan radikal. Gerakan SI semarang justru lebih berkembang dengan memiliki banyak pengikut khususnya orang-orang Jawa dan semakin kuat, berbagai macam tulisan-tulisan yang lahir dari SI semarang sebagai bentuk propagandis “sama rata sama rasa”, “berani karena benar takut karena salah” dan masih banyak lagi tulisan-tulisan sebagai bentuk propagandis sehingga semakin banyak pengikut di tubuh SI merah disamping itu Sneevlit dengan keahlian Marxisme menjadi harapan untuk menbangun sebuah revolusi.
Pada tahun 1920 Baars menekankan perubahan nama ISDV menjadi PKI pada kongres khusus pada 24 Desember 1920, menarik sebab organisasi ini adalah organisasi yang pertama kali menggunakan nama Indonesia, akhirnya memutuskan bergabung dengan komintern. Namun masalah bergabung dengan komintern tidaklah semudah yang diperkirakan oleh para petinggi. Partai itu harus menyesuaikan pandangannya dengan kebijakan Asia yang di gariskan oleh Komintern. Dua minggu setelah petinggi PKI mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan Komintern,Het Vrije Woord menerbitkan laporan rinci pertama keputusan Komintern mengenai masalah nasional dan colonial. Baars berbicara atas nama editor Het Vrije Woord memilih menekankan persamaan antara Komintern dengan pandangan PKI: Kongres Internasional di Moskow telah menerima taktik kita sebagai pandangan komunis, berdasarkan teory dan praktik, delegasi mereka telah menetukan titik tolak dan rancangan aksi yang sudah menjadi milik kami sekian lama. Sejak saat itu PKI telah bergabung dengan Komintern.
Sneevlit yang selama ini telah membuat keresahan di Hindia Belanda akhirnya di usir dan Sneevlit pun akhirnya pulang ke Moskow, disana dia menghadiri kongres kedua Kominterrn mewakili PKI dia menjelaskan kondisi yang terjadi di Hindia Belanda, Lenin menanggapi bahwa kondisi Hindia Belanda yang memiliki dua kelompok yakni PKI dan SI yang ia sebut organisasi borjuasi sebagi organisasi intelektual untuk melawan pemerintah bisa saja menyatu tetapi hanya semacam aliansi nanti setelah proletar kuat dan menciptakan partai komunis baru bisa menciptakan revolusi. Ini yang di tentang oleh Tan Malaka pada kongres ke tiga pada tahun 1923 Tan Malaka Syarikat Islam adalah suatu kekuatan yang sangat penting untuk menciptakan revolusi tetapi Lenin sudah pernah mengatakan dalam kongres ke dua bahwa Islam juga punya kecendrungan untuk menjadi imprealis dia melihat apa yang terjadi di Turki jadi dia cukup sebagai koalisi.
***
Referensi
Ruth T. McVey, Kemunculan Komunisme Indonesia
Bonnei Triyana, Kuliah umum Salihara, Islam Dan Marxisme
Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca
No comments: