Teori Partai Politik 2

Tipologi

Apabila kita membaca literatur-literatur yang membahas partai politik, kita akan menemukan ragam tipologi dan metode pengkalsifikasian partai politik yang berbeda. Karena itu, kita hanya akan membahas konsep Krouwel yang dikutip oleh Pamungkas (2011) yang telah mengelompokkan partai politik ke dalam lima jenis dasar, yakni; 1. partai elit, caucus dan kader; 2. Partai massa; 3. Partai catch-all, elektoralis; 4. Partai kartel; dan, 5. Partai firma bisnis (h. 30). 

Menurut Krouwel, untuk memilah pengelompokan (klaster) partai setidaknya ada empat dimensi yang perlu dilihat, diantaranta; 1. Dimensi asal-usul; 2. Dimensi elektoral; 3. Dimensi organisasional; 4. Dimensi ideologis.

Partai Kader

Tipe partai ini sangat elit sentris dan di pimpin oleh individu terkemuka, di organisir dalam kaukus-kaukus tertutup dan kedaerahan dengan organisasi di luar parlemen yang sangat sedikit.

1. Asal-usul kelahiran tipe ini berasal dari dalam parlemen, yaitu sebagai bagian dari elit yang berkuasa di struktur parlemen yang berusaha mempertahankan eksistensinya dipanggung politik.

2. Dimensi pemilih:
  • Pemilih terbatas dari kelas atas dengan mengandalkan kontak-kontak personal elit partai atau jejaring elit partai itu sendiri.
  • Basis sosial partai adalah kelas atas, dan rekruitmen elit politik dilakukan atas inisiatif elit itu sendiri dengan kandidat yang berasal dari kelas atas.
3. Dimensi ideologi:
  • Basis kompetensi partai adalah status tradisional dari individu kandidat.posisi kandidat sebagai elit sosial sebagai politik menjadi basis partai dalam berkompetisi dengan partai lain.
  • Usaha partai dalam melakukan perluasan dalam kompetisi partai sangat terbatas. Mereka sangat mengandalkan pada pesona basis status personal dan kemakmuran yang dimiliki oleh individu-individu partai.
4. Dimensi organisasi:
  • Keanggotaan partai atau posisi partai diakar rumput tidak eksis atau minimal.
  • Posisi partai di kantor pusat adalah minimal. Eksistensi di kantor pusat dibawah partai di rana publik.
Partai Massa

Yang dijadikan acuan penentu pada tipe partai massa adalah mobilisasi massa ekstra parlementer dari kelompok sosial yang secara politis terpinggirkan dan memiliki struktur dan ideologi yang dianut sangat bagus. Menurut Wolinetz (Pamungkas, 2011, h. 37), tipe partai ini berorientasi pada kebijakan (policy-seeking) dan perdebatan untuk mengambil posisi kebijakan sangat intensif, fokus dan melibatkan hampir semua level partai. 

1. Asal-usul kelahiran partai ini adalah dari luar parlemen. Kolompok-kolompok sosial yang ada di dalam masyarakar berusaha mempengaruhi arah politik negara dengan cara masuk dalam struktur kekuasaan.kolompok-kolompok sosial itu ingin mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politiknya sendiri. 

2. Dimensi pemilih:
  • Pemilik muncul dari kolompok sosial khusus, Agama atau eknis dari pembilahan sosial seperti kelas, Agama, dan aliran tertentu.
  • Retkruitmen elit didasarkan atas kelas, Agama, atau basis sosial partai dengan komitmen berbasis idiologi dan organisasi serta melalui sistem pendidikan inner partai.
3. Dimensi ideologi:
  • Basis bagi partai untuk berkompetisi dengan partai lain adalah ideologi dan perwakilan dari sebuah kolompok sosial.
  • Perluasan kompotisi partai adalah terpolarisasi dan kompetisinya bersifat ideologis. Watak kompetisinya cenderung bersifat sentrifugal.
4. Dimensi organisasi:
  • Keanggotaan partai eksis. Kesukarelaan keanggotaan organisasi menjadi inti dari partai.
  • Posisi partai di kantor pusat adalal simbiosis antara partai di kantor pusat dan partai di akar rumput.
  • Posisi partai di ranah publik adalah subjek dari kepemimpinan ekstra dari parlementer. Eksistensi partai di ranah publik adalah eksekutor atas aspirasi anggota dan pelaksana keputusan partai di kantor pusat.
Partai Catch-all

Partai catch-all berasal dari partai massa yang memprofesionalisasi organisasi kepartainnya dan melakukan penyesuian ideologi dengan tujuan bisa merangkul pemilih yang lebih luas di luar basis kelas maupun agama tempat mereka berasal. Menurut Wolinetz (Pamungkas, 2011, h. 38), tipe partai ini berorientasi pada pencari suara (vote-seeking). Pada partai ini perdebatan tentang kebijakan kurang begitu menonjol. Konsistensinyapun terhadap posisi kebijakan partai berubah-ubah dikarenakan tergantung pada arahan pemimpin dan struktur kesempatan elektoral.

1. Asal-usul partai adalah transformasi dari partai massa. Partai ini adalah pertalian atau penyatuan antara massa dengan kolompok kepentingan. Partai catch-all adalah partai massa yang berusaha memperluas basis pendukungnya dengan membuka diri terhadap kolompok-kolompok sosial diluarnya.

2. Dimensi pemilih:
  • Kemunculan pemilih adalah dari kelas menengah, dan basis sosialnya melampaui kolompok pendukung inti. Basis sosial partai ini adalah perluasan dari basis sosial partai massa.
  • Rekruitmen elit politik adalah rekruitmen eksternal, atau tidak meski pendudkung inti partai, dengan beraneka ragam kolompok kepentingan. 
3. Dimensi ideologi:
  • Basis kompetisi partai adalah kualitas manajemen sektor publik. Sejauh mana berbagai persoalan politik dapat di kelola sedemikian rupa sesuai dengan mood mayoritas pemilih.
  • Perluasan kompetisi partai dilakukan dengan kompetisi yang bersifat sentripetal dalam teknikalitas.  
4. Dimensi organisasi:
  • Keanggotaan organisasi mengalami peminggiran. Peran dan aspirasi anggota partai kurang penting. Yang terpenting aspirasi mood mayoritas pemilih. Kepentingan atau suara anggota jika perlu ditinggalakan apabila tidak sesuai dengan kepentingan mood mayoritas pemilih.
  • Posisi partai di kantor pusat adalah subordinasi di ranah publik. Partai di ranah publik mengendalikan perilaku dan keputusan-keputusan politik yang dibuat oleh partai di ranah pusat.
  • Posisi partai di ranah publik merupakan tempat konsentrasi kekuasaan dan sumber-sumber kolompok partai parlemen. 
Partai Kartel

Pada dasarnya tipe partai ini bercirikan peleburan partai di jabatan publik dengan beberapa kelompok kepentingan yang membentukkartel politik, dengan tujuan untuk mempertahankan kekuasaan eksekutif. Partai ini berbentuk organisasi profesional yang survivalitasnya sangat tergantung pada negara dan secara perlahan mundur dari masyarakat sipil dan membatasi fungsinya hanya sekedar memerintah saja. Menurut Wolinetz (Pamungkas, 2011, h. 40) tipe partai ini berorientasi pada jabatan (office-seeking) sehingga debat internal tentang kebijakan partai terbatas dan kalaupun ada biasanya kurang fokus dan terbatas pada pimpinan partai atau komite kebijakan. Konsistensinya pada asumsi posisi kebijakan relatif rendah dan dalam kampanye tidak menonjolkan kebijakan dengan pilihan strategi kampanye yang beresiko rendah. Kartelisasi menurut Katz dan Mair (Ambardi,2009, h. 31), muncul dari situasi dimana partai semakin bergantung pada negara dalam hal pemenuhan kebutuhan finansial. Hal ini disebabkan oleh merosotnya kemampuan mobilisasi keuangan partai melalui iuran anggota. Karena itu, merosotnya sumber keuangan partai dari anggota menjadikan partai ini lebih mendekat ke negara dan menjauh dari masyarakat.

1. Asal-usul partai merupakan penggabungan partai di parlemen atau kekuatan politik di parlemen dan aparatus negara serta kolompok-kolompok kepentingan. Tujuan utamanya adalah mempertahankan kekuasaan eksekutif. 

2. Dimensi pemilih:
  • Kemunculan pemilih dan dukungan sosial adalah “regular clientele” yang menyediakan pertukaran dukungan untuk kebijakan yang menguntungkan.
  • Rekruitmen elit terutama dari dalam struktur Negara(birokrat). Partai ini berusaha mengambil pejabat-pejabat strategis Negara untuk menjadi bagian dari partai. 
3. Dimensi ideologi:
  • Basis kompetisi partai dalam berkompetisi dengan partai lain adalah perawatan kekuasaan yang tumbuh dari pembagian jabatan eksekutif. Dukungan kekuasaan pilar utama basis kompetisi partai.
  • Perluasan kompetisi partai dilakukan dengan penyebaran ketidaksesuaian politik. Komflik menjadi simbolik, yaitu kompetisi artifisial dalam isu. Sebuah isu dijadikan permainan untuk memperluas kekuasaan. 
4. Dimensi organisasi:
  • Anggota menjadi sumber rekruitmen personal politik.
  • Posisi partai di kantor pusat adalah simbiosis antara partai di kantor pusat partai di ranah publik.
  • Konsentrasi kekuasaan di kepemimpinan partai parlemen dan pemerintahan (partai di ranah publik).
Partai Firma Bisnis

Tipe partai ini relatif baru dan mirip dengan firma bisnis. Partai ini muncul dari inisiatif pribadi para entrepreneur politik dan sebagaian besar memiliki struktur perusahaan komersial. Partai ini menempatkan pemilih, pengurus, ideologi dan organisasi partai bukan sebagai sesuatu yang penting dalam menggerakkan partai. Karena itu eksistensi partai terutama berporos pada kemampuan dari wirausahawan politisi untuk membangun pancitraan partai secara terus menerus. 

1. Asal-usul partai adalah inisiatif privat dari wirausahawan politisi.

2. Dimensi pemilih:
  • Pemilih dilihat sebagai ‘pasar pemilih’. Dengan demikian dukungan pemilih terjadi dengan tingkat perpindahan tinggi. Pemilih adalah konsumen, yaitu pemakai produk yang dihasilkan oleh partai.
  • Rekruitmen elit adalah rekruitmen sendiri, inisiatif frivat. 
3. Dimensi ideologi:
  • Basis kompetisi partai adalah issu dan personalitas individu partai sebagai sebuah produk politik.
  • Perluasan kompetisi partai dilakukan dengan perjuangan parmanen untuk mendapatkan perhatian media secara terus-menerus. 
4. Dimensi organisasi:
  • Keanggotaan partai minimal dan dianggap tidak relevan.
  • Posisi partai di kantor pusat adalah minimal dan tidak relevan. Kepengurusan partai tidak relevan untuk menggerakkan organisasi.
  • Di wilayah publik tingkat otonomi individu enterprenuer politisi tinggi dalam mempromosikan diri mereka.
Referensi

Almond, Gabriel A. Kelompok Kepentingan dan Partai Politik. Dalam Mohtar Mas’oed dan Colin MacAndrews. Perbandingan Sistem Politik. Cet. XVII. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006. 

Ambardi, Kuskridho. Mengungkap Politik Kartel: Studi tentang Sistem Kepartaian di Indonesia Era Reformasi. Jakarta: KPG bekerjasama Lembaga Survei Indonesia, 2009.

Budiardjo, Miriam. Dasar – Dasar Ilmu Politik. edisi revisi. Cet. IV; Jakarta: Gramedia, 2009.

Duverger, Maurice. Asal Mula Partai Politik. Dalam Ichlasul Amal. Teori-Teori Mutakhir Partai Politik. edisi revisi. Cet. II. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1996.

Huntington, Samuel P. Tertib Politik: Di Tengeh Pergeseran Kepentingan Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2003.

Pamungkas, Sigit. Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia. Yogyakarta: Institute for Democracy and Welfarism, 2011.

Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Cet. VII. Jakarta: Grasindo, 2010. 


Teori Partai Politik 2 Teori Partai Politik 2 Reviewed by Pondok Kanal on 1/12/2016 03:45:00 PM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.