Rex Mortimer. 2010. Class, Social Cleavage and Indonesian Communism. In Benedict R. O’G. Anderson & Audrey Kahin (Ed). Interpreting Indonesian Politics: Thirteen Contributions to the Debate. Singapore: Equinox Publishing.
Tulisan Mortimer menyoroti politik Indonesia yang terjadi tahun-tahun awal revolusi Indonesia sampai kepada peristiwa 1965. Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah sentral dari tulisannya. Sekalipun yang lebih awal dilacak adalah bagaimana pembilahan sosial terjadi di Indonesia yang dijelaskan secara periodic, mulai dari pra-kolonial sampai kepada era kolonial. Dari situlah kemudian dikembangkan dan menjurus kepada kelahiran kelas di Indonesia yang sekaligus menjadi embrio lahirnya PKI.
Partai Komunis Indonesia di bawah pimpinan Aidit (1951-1965) digambarkan sebagai adanya suatu pergeseran ideologi yang umumnya kebanyakan partai komunis menitik beratkan kepada teori kelas. PKI di Indonesia, justru teori kelas sebagai ruh dari partai komunis dimanapun di dunia mengalami pergeseran – melemah – yang ditandai dengan mulainya mengakomodir pengaruh basis kelompok lain. Alasan mendasar dari pergeseran ideologis ini, menurut Mortimer jawabannya dapat ditemukan dari sejarah dan bentuk struktur sosial Indonesia termasuk sejarah politik serta lemahnya "kontradiksi" kelas dibandingkan dengan basis lain dari konflik sosial.
Namun jawaban lain juga dikemukakan bahwa upaya PKI membina hubungan akrab dengan kelompok lain adalah lebih kepada upaya perlindungan, karena sebagaimana kita ketahui hubungan PKI dan TNI (terutama AD) semakin memanas. Hingga menjalin hubungan dengan kelompok anti-Islam yang dominan nasionalis (khususnya, PNI dan Presiden Soekarno) dapat memperkuat posisi PKI itu sendiri.
Sekalipun demikian dekat hubungan PKI dan Soekarno, PKI juga tidak pernah lepas secara total dari symbol-simbol provokatif mereka terutama untuk menggalang massa. Isu-isu kegagalan ekonomi tetap menjadi prioritas mereka untuk selalu diekspos, begitupun propaganda mereka mengenai hubungan luar negeri Indonesia yang menyangkut bidang ekonomi.
Pembubaran system parlementer oleh Soekarno menjadi pukulan berat bagi PKI yang telah mulai meniti jalannya untuk membesarkan dan memperluas pengaruh partai. Pada saat yang sama, hubungan antar Soekarno dengan TNI semakin kuat, dengan itu menjadi penanda awas bagi PKI disisi lain. Sekalipun PKI tidak melakukan upaya perlawanan terhadap pembubaran tersebut, namun juga tidak tinggal diam. Sebagaimana disinggung sebelumnya, PKI lebih konsen lagi menyoroti isu-isu ekonomi untuk tetap mempertahankan pengaruhnya kepada masyarakat Indonesia.
Menyinggung peristiwa 1965, awal tahun tersebut politik menjadi tajam dan terpolarisasi antara mereka yang siap untuk bekerja sama dengan PKI dengan kelompok yang menolak kehadiran komunis. Namun secara umum penjelasan Mortimer, PKI seolah-olah tidak siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Terutama jika dilihat sikap partai dalam menghadapi proses kudeta 30 September tersebut. Olehnya itu, menurut Mortimer perlu penjelasan dan penyelidikan lebih jauh seberapa dominan keikut sertaan PKI dalam rencana aksi tersebut.
No comments: